Rabu, 31 Oktober 2012

Rahasia dan Keutamaan Sholat Dhuha


Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha 

Shalat duha merupakan salah satu diantara shalat-shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Banyak sekali penjelasan hadits yang telah menyebutkan berbagai keutamaan dan keistimewaan shalat Dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya. Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab; “Ya!
Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).
6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).
Semoga sedikit kutipan mengenai Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha ini bisa membuat kita lebih giat lagi dalam menjalankan shalat dhuha, dan bagi yang belum melaksanakannya bisa memulai untuk menjalankannya… Aamiin…

Sholat Dhuha


Sebagaimana telah kita ketahui, istilah dhuha terdapat pada beberapa tempat dalam Al-Qur'an. Namun, istilah tersebut tidak digunakan Al-Qur'an dalam kaitannya dengan anjuran shalat Dhuha. 


Dhuha tampaknya telah menjadi sebuah kosakata Bahasa Arab yang secara konsensus (berdasarkan kesepakatan bersama) digunakan untuk merujuk waktu ketika matahari mulai bersinar hingga menjelang tengah hari. Dalam hal ini, tidak terlalu salah kiranya jika kita menduga bahwa shalat sunah Dhuha dinamai seperti itu karena shalat tersebut dianjurkan pada waktu-waktu dhuha. 

Demikianlah, penamaan shalat Dhuha awalnya dikaitkan dengan waktu pelaksanaan shalat tersebut, yakni shalat yang ditetapkan pada waktu dhuha atau ketika matahari telah mulai tinggi di langit sebelah timur. 

Selain nama shalat sunah Dhuha, kita juga menemukan dalam beberapa riwayat hadits istilah-istilah lain di masa Rasulullah saw. yang sama-sama merujuk pada jenis shalat yang sama. Istilah-istilah ini antara lain adalah shalat Awwabin dan shalat Isyraq. 

Shalat Awwabin 




Istilah awwabin berasal dari Bahasa Arab yang secara harfiah berarti orang-orang yang sering bertaubat. Dengan demikian, shalat Awwabin bisa diartikan sebagai satu jenis shalat sunah yang dilakukan oleh mereka yang gemar bertaubat. Berkaitan dengan shalat sunah ini, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang shalat manakah yang dimaksudkan oleh nama shalat sunah tersebut. 

Sebagian ulama mengatakan bahwa shalat Awwabin adalah shalat yang dilakukan di antara waktu shalat Maghrib dan Isya. Sementara itu, sebagian lainnya mengatakan bahwa shalat Awwabin adalah nama lain untuk shalat Dhuha. Namun, jumhur ulama (mayoritas ulama) sepakat bahwa yang dimaksud dengan shalat Awwabin adalah shalat Dhuha. Berikut ini adalah uraian tentang perbedaan pendapat tersebut berdasarkan keterangan hadits-hadits. 

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. mengemukakan keutamaan shalat sunah yang dilakukan setelah shalat Maghrib sebagai berikut. "Siapa yang shalat enam rakaat setelah shalat Maghrib tanpa disela dengan pembicaraan buruk, ia senilai 
ibadah selama dua belas tahun." (HR At-Tirmidzi. Hadits gharib).

Dafam riwayat lain, Tirmidzi meriwayatkan hadits yang bersumber dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda, "Siapa saja yang shalat setelah maghrib sebanyak dua 
puluh rakaat, Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga." (HR Tirmidzi).

Menurut Al-Mawardi, Nabi melaksanakan shalat tersebut seraya berkata, "Ini adalah shalat Awwabin." Inilah barangkali keterangan-keterangan yang menunjukkan bahwa sebutan shalat Awwabin digunakan untuk menunjuk shalat sunah yang dilakukan di antara waktu maghrib dan isya. 

Namun demikian, berdasarkan keterangan hadits lainnya, shalat Awwabin juga ditujukan kepada shalat Dhuha. Hadits-hadits berikut memperlihatkan hal ini. 

Dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw. bersabda, "Tidaklah menjaga shalat Dhuha kecuali awwab (orang yang taat dan dekat kepada Allah). Shalat itu adalah shalatnya orang-orang awwabin." (HR Al-Hakim. Menurut Adz-Dzahabi, hadis tersebut shahih).

Dalam hadits ini, shalat Dhuha secara erat dikaitkan dan dinisbatkan pada istilahawwab atau awwabin, sehingga shalat Dhuha tampaknya identik dengan shalatnyaAwwabin. Dengan demikian, berdasarkan hadits tersebut, shalat Awwabin bisa dikatakan sebagai nama lain untuk shalat Dhuha.

Demikian pula hadits-hadits di bawah ini menunjukkan bahwa shalat Awwabin itu tampak dilakukan pada waktu dhuha. 

Zaid bin Arqam ra. berkata, "Nabi Muhammad saw. keluar menuju ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat Dhuha. Beliau bersabda, 'shalat Awwabin' berakhir hingga anak unta merasa kepanasan." (HR Ahmad Muslim dan Tirmizi)

Dari Al-Qasim Al-Syaibani bahwa Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang sedang shalat Dhuha (pada pagi hari sesaat setelah matahari terbit) kemudian dia berkata, "Andai saja mereka mengetahui bahwa shalat tersebut (Dhuha) jika dilakukan tidak pada saat ini (dan melakukannya setelah agak Siang) akan lebih baik atau lebih utama. Sesungguhnya, Rasulullah saw. pernah bersabda,'Shalatnya orang-orang awwabin (yang sering bertaubat kepada Allah dan merujuk kepada shalat Dhuha) adalah ketika anak unta merasa kepanasan'." 
(HR Muslim: 848)

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada yang menjaga shalat Dhuha kecuali orang awwab (sering bertaubat). Rasulullah bersabda: 'Itu adalah shalatnya orang-orang yang sering bertaubat'." (HR Ath-Thabrani dan Ibnu Majah). 

Dari berbagai keterangan hadits yang dikemukakan di atas tampak bahwa sebutan shalat Awwabin adalah istilah lain untuk shalat Dhuha sekalipun tentu saja ia bukanlah nama eksklusif untuk shalat Dhuha. Shalat Awwabin tidak hanya merujuk pada shalat Dhuha dan tidak pula hanya merujuk pada shalat sunah di antara waktu maghrib dan isya, melainkan ia merujuk pada kedua-duanya. 

Dengan demikian, persoalan apakah shalat awwabin itu shalat Dhuha atau shalat di antara waktu maghrib dan isya menjadi tidak penting. Dalam kaitannya dengan pembahasan ini, hal yang perlu kita perhatikan dalam persoalan ini adalah bahwa gelar awwabin yang dilekatkan pada mereka yang suka melaksanakan shalat Dhuha menunjukkan bahwa shalat sunah Dhuha memiliki derajat yang tinggi.Sumber: Buku The Power of Shlat Dhuha

Sholat Sunnah


Macam-Macam Shalat Sunnah

Shalat sunnah itu ada dua macam:
1. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah
2. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan dilakukan secara berjamaah
A. Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah
1. Shalat Idul Fitri
2. Shalat Idul Adha
Ibnu Abbas Ra. berkata: “Aku shalat Idul Fithri bersama Rasulullah SAW dan Abu bakar dan Umar, beliau semua melakukan shalat tersebut sebelum khutbah.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan 2 raka’at. Pada rakaat pertama melakukan tujuh kali takbir (di luar Takbiratul Ihram) sebelum membaca Al-Fatihah, dan pada raka’at kedua melakukan lima kali takbir sebelum membaca Al-Fatihah.
3. Shalat Kusuf (Gerhana Matahari)
4. Shalat Khusuf (Gerhana Bulan)
Ibrahim (putra Nabi SAW) meninggal dunia bersamaan dengan terjadinya gerhana matahari. Beliau SAW bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah SWT. Tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak juga karena kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila kalian mengalaminya (gerhana), maka shalatlah dan berdoalah, sehingga (gerhana itu) berakhir.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi SAW memerintahkan seseorang untuk memanggil dengan panggilan “ashsholaatu jaami’ah” (shalat didirikan dengan berjamaah). (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan dua rakaat, membaca Al-Fatihah dan surah dua kali setiap raka’at, dan melakukan ruku’ dua kali setiap raka’at.
5. Shalat Istisqo’
Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW shalat istisqo’ dua raka’at, seperti shalat ‘Id. (HR Imam Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Tata caranya seperti shalat ‘Id.
6. Shalat Tarawih (sudah dibahas)
Dari ‘Aisyah Rda., bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat di masjid pada suatu malam. Maka orang-orang kemudian mengikuti shalat beliau. Nabi shalat (lagi di masjid) pada hari berikutnya, jamaah yang mengikuti beliau bertambah banyak. Pada malam ketiga dan keempat, mereka berkumpul (menunggu Rasulullah), namun Rasulullah SAW tidak keluar ke masjid. Pada paginya Nabi SAW bersabda: “Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan tadi malam, namun aku tidak keluar karena sesungguhnya aku khawatir bahwa hal (shalat) itu akan difardlukan kepada kalian.” ‘Aisyah Rda. berkata: “Semua itu terjadi dalam bulan Ramadhan.” (HR Imam Muslim)
Jumlah raka’atnya adalah 20 dengan 10 kali salam, sesuai dengan kesepakatan shahabat mengenai jumlah raka’at dan tata cara shalatnya.
7. Shalat Witir yang mengiringi Shalat Tarawih
Adapun shalat witir di luar Ramadhan, maka tidak disunnahkan berjamaah, karena Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.

B. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjamaah
1. Shalat Rawatib (Shalat yang mengiringi Shalat Fardlu), terdiri dari:
a. 2 raka’at sebelum shubuh
b. 4 raka’at sebelum Dzuhur (atau Jum’at)
c. 4 raka’at sesudah Dzuhur (atau Jum’at)
d. 4 raka’at sebelum Ashar
e. 2 raka’at sebelum Maghrib
f. 2 raka’at sesudah Maghrib
g. 2 raka’at sebelum Isya’
h. 2 raka’at sesudah Isya’
Dari 22 raka’at rawatib tersebut, terdapat 10 raka’at yang sunnah muakkad (karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), berdasarkan hadits:
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjaga (melakukan) 10 rakaat (rawatib), yaitu: 2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya, 2 raka’at sesudah Maghrib di rumah beliau, 2 raka’at sesudah Isya’ di rumah beliau, dan 2 raka’at sebelum Shubuh … (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Adapun 12 rakaat yang lain termasuk sunnah ghairu muakkad, berdasarkan hadits-hadits berikut:
a. Dari Ummu Habibah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa senantiasa melakukan shalat 4 raka’at sebelum Dzuhur dan 4 raka’at sesudahnya, maka Allah mengharamkan baginya api neraka.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
2 raka’at sebelum Dzuhur dan 2 raka’at sesudahnya ada yang sunnah muakkad dan ada yang ghairu muakkad.
b. Nabi SAW bersabda:
“Allah mengasihi orang yang melakukan shalat empat raka’at sebelum (shalat) Ashar.” (HR Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Huzaimah)
Shalat sunnah sebelum Ashar boleh juga dilakukan dua raka’at berdasarkan Sabda Nabi SAW:
“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam Bazzar)
c. Anas Ra berkata:
“Di masa Rasulullah SAW kami shalat dua raka’at setelah terbenamnya matahari sebelum shalat Maghrib…” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Nabi SAW bersabda:
“Shalatlah kalian sebelum (shalat) Maghrib, dua raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
d. Nabi SAW bersabda:
“Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) terdapat shalat.” (HR Imam Bazzar)
Hadits ini menjadi dasar untuk seluruh shalat sunnah 2 raka’at qobliyah (sebelum shalat fardhu), termasuk 2 raka’at sebelum Isya’.
2. Shalat Tahajjud (Qiyamullail)
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 79, As-Sajdah ayat 16 – 17, dan Al-Furqaan ayat 64. Dilakukan dua raka’at-dua raka’at dengan jumlah raka’at tidak dibatasi.
Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Nabi SAW bersabda: “Shalat malam itu dua (raka’at)-dua (raka’at), apabila kamu mengira bahwa waktu Shubuh sudah menjelang, maka witirlah dengan satu raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
3. Shalat Witir di luar Ramadhan
Minimal satu raka’at dan maksimal 11 raka’at. Lebih utama dilakukan 2 raka’at-2 raka’at, kemudian satu raka’at salam. Boleh juga dilakukan seluruh raka’at sekaligus dengan satu kali Tasyahud dan salam.
Dari A’isyah Rda. Bahwasannya Rasulullah SAW shalat malam 13 raka’at, dengan witir 5 raka’at di mana beliau Tasyahud (hanya) di raka’at terakhir dan salam. (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Beliau juga pernah berwitir dengan tujuh dan lima raka’at yang tidak dipisah dengan salam atau pun pembicaraan. (HR Imam Muslim)
4. Shalat Dhuha
Dari A’isyah Rda., adalah Nabi SAW shalat Dhuha 4 raka’at, tidak dipisah keduanya (tiap shalat 2 raka’at) dengan pembicaraan.” (HR Abu Ya’la)
Dari Abu Hurairah Ra., bahwasannya Nabi pernah Shalat Dhuha dengan dua raka’at (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Ummu Hani, bahwasannya Nabi SAW masuk rumahnya (Ummu Hani) pada hari Fathu Makkah (dikuasainya Mekkah oleh Muslimin), beliau shalat 12 raka’at, maka kata Ummu Hani: “Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan daripada shalat (12 raka’at) itu, namun Nabi tetap menyempurnakan ruku’ dan sujud beliau.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
5. Shalat Tahiyyatul Masjid
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk sehingga shalat dua raka’at.” (HR Jama’ah Ahli Hadits)
6. Shalat Taubat
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat dua raka’at dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia akan diampuni.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain)
7. Shalat Tasbih
Yaitu shalat empat raka’at di mana di setiap raka’atnya setelah membaca Al-Fatihah dan Surah, orang yang shalat membaca: Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar sebanyak 15 kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua sujud, duduk di antara dua sujud, duduk istirahah (sebelum berdiri dari raka’at pertama), dan duduk tasyahud (sebelum membaca bacaan tasyahud) membaca sebanyak 10 kali (Total 75 kali setiap raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu Huzaimah)
8. Shalat Istikharah
Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Adalah Rasulullah SAW mengajari kami Istikharah dalam segala hal … beliau SAW bersabda: ‘apabila salah seorang dari kalian berhasrat pada sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu …dan menyebutkan perlunya’ …” (HR Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)
9. Shalat Hajat
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mempunyai hajat kepada Allah atau kepada seseorang, maka wudhulah dan baguskan wudhu tersebut, kemudian shalatlah dua raka’at, setelah itu pujilah Allah, bacalah shalawat, atas Nabi SAW, dan berdoa …” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
10. Shalat 2 rakaat di masjid sebelum pulang ke rumah
Dari Ka’ab bin Malik: “Adalah Nabi SAW apabila pulang dari bepergian, beliau menuju masjid dan shalat dulu dua raka’at.” (HR Bukhari dan Muslim)
11. Shalat Awwabiin
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 25
Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat setelah shalat Maghrib enam raka’at, maka diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih lautan.” (HR Imam Thabrani)
Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah Ra. Nabi SAW bersabda: “Barang siapa shalat enam raka’at antara Maghrib dan Isya’, maka Allah mencatat baginya pahala ibadah 12 tahun” (HR Imam Tirmidzi)
12. Shalat Sunnah Wudhu’
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berwudhu, ia menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua raka’at, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
13. Shalat Sunnah Mutlaq
Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar al-Ghiffari Ra.: “Shalat itu sebaik-baik perbuatan, baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu Majah)
Dari Abdullah bin Umar Ra.: “Nabi SAW bertanya: ‘Apakah kamu berpuasa sepanjang siang?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Dan kamu shalat sepanjang malam?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau bersabda: ’Tetapi aku puasa dan berbuka, aku shalat tapi juga tidur, aku juga menikah, barang siapa tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits terakhir ini menunjukkan bahwa shalat sunnah bisa dilakukan dengan jumlah raka’at yang tidak dibatasi, namun makruh dilakukan sepanjang malam, karena Nabi sendiri tidak menganjurkannnya demikian. Ada waktu untuk istirahat dan untuk istri/suami.

Senin, 22 Oktober 2012

Rukun Sholat

Seperti halnya wudhu atau mandi besar, sholat pun mempunyai rukun rukun tertentu, walaupun dalam wudhu istilahnya bukan dengan kata "rukun" melainkan dengan kata "fardu", namun mempunyai kesamaan arti. 

Mengenai jumlah rukun shalat, banyak sekali perbedaan pendapat, bahkan dari kalangan ulama mazhab Imam Syafi'i pun ada beberapa versi. Namun disini, masalah perbedaan ini tidak akan dibahas, perlu postingan lain agar lebih gamblang. Insya Allah kita bahas di lain waktu. Kali ini hanya akan disebutkan poin-poin yang menjadi rukun shalat yang telah disepakati sebagian besar para ahli fiqih.

Rukun Shalat tersebut adalah :
1. Niat
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca Fatihah
4. Berdiri
5. Ruku beserta thumaninah
6. I'tidal beserta thumaninah
7. Sujud beserta thumaninah
8. Duduk antara 2 sujud beserta thumaninah
9. Tasyahud akhir
10. Duduk pada tasyahud akhir
11. Membaca shalawat pada tasyahud akhir
12. Membaca salam
13. Tertib


Dari poin-poin tersebut, dibagi menjadi 3 bagian besar, yakni :


1. Rukun qalbi yakni niat


2. Rukun qauli yakni membaca takbiratul ihram, fatihah, tasyahud  akhir, shalawat pada tasyahud akhir dan salam.


3. Rukun fa'li yakni berdiri, ruku, i'tidal, sujud 2 kali, duduk antara 2 sujud, duduk tasyahud dan tertib.

Syarat Sah-nya Sholat

Syarat-syarat sahnya shalat adalah.

 
1. Beragama Islam.

2. Sudah baligh dan berakal.

3. Suci dari hadats.

4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat.

5. Menutup aurat, adapun batasan aurat adalah :
Laki-laki: menutup aurat antara pusat dan lutut. Wanita: seluruh anggota badan kecuali muka dan dua belah     tapak tangan.
6. Masuk waktu yang telah ditentukan.

7. Menghadap kiblat.

8. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnah.

Sabtu, 06 Oktober 2012

Bab Sholat

Apakah Sholat itu...?

Sholat menurut bahasa berarti do'a.
Sedang menurut istilah adalah suatu bentuk ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang di awali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Dan telah diwajibkan kepada manusia untuk beribadah kepada Allah Swt ( QS.2:21 ), khusus dalam hal ini terhadap ummat islam yaitu wajib menjalankan sholat wajib 5 ( lima ) waktu sehari-semalam ( 17 raka'at ).  
Sholat ( baik wajib maupun sunnah ) sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia, yang oleh karenanya Allah Swt mengajarkan bila hendak memohon pertolongan Allah Swt yaitu dengan melalui sholat dan dilakukan dengan penuh kesabaran serta sholat dapat mencegah untuk berbuat keji dan munkar. 

A. Sholat Wajib / Fardlu :

Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap muslim "Innash Sholata Kaanat �Alal Mu'miniina Kitaaban Mauquuta : Sholat itu wajib di kerjakan oleh muslim / mu'min yang sudah di tentukan waktu-waktunya", dan akan mendapat pahala dari Allah Swt - bila mengerjakannya, serta akan mendapat siksa dari Allah Swt - bila tidak mengerjakannya).
Adapun macam-macam sholat wajib / fardlu sebagaimana "ISLAM", berikut Sholat Sunnah Rawatib sbb :
1.       Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 ( empat ) raka'at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam ( + pukul 19:00 s/d menjelang fajar )yang di iringi dengan sholat sunnah qobliyah ( sebelum ) dan ba'diyah ( sesudah ) sholat isya.
2.       Sholat Subuh yaitu sholat yang di kerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10) yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah di larang.
3.       Sholat Lohor ( Dhuhur ) yaitu sholat yang di kerjakan 4 ( empat ) raka'at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at matahari tepat di atas kepala ( tegak lurus ) + pukul 12:00 siang, yang di iringi dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah ( dua raka'at-dua raka'at atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam ).
4.       Sholat �Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 ( empat ) raka'at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at ( satu kali salam ).
5.       Sholat Maghrib yaitu sholat yang di kerjakan 3 ( tiga ) raka'at dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang di iringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah qobliyah hanya dianjurkan saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak : jangan ( karena akan kehabisan waktu ).

Bila dalam keadaan normal sholat wajib harus di kerjakan sesuai waktunya, tapi bila dalam keadaan bepergian ( antara + 81 Km ) atau dalam keadaan masyaqot / kesulitan keadaan, boleh dilakukan dengan cara Jama' dengan ketentuan jumlah raka'atnya tidak berkurang. Jama' terbagi dua yaitu :
  1. Jama' Taqdim : sholat yang di kerjakan dalam satu waktu dengan menarik waktu yang terbelakang, seperti : sholat Ashar dilakukan pada waktu sholat Lohor (Dhuhur), dan sholat Isya dilakukan pada waktu sholat Maghrib, kesemuanya itu dilakukan secara bersama-sama.
  2. Jama' Ta'khir : sholat yang di kerjakan dalam satu waktu dengan mengakhirkan waktu yang pertama, seperti : sholat Lohor dilakukan pada waktu sholat Ashar dan sholat Maghrib dilakukan pada waktu sholat Isya.
Adapun sholat Jama' dapat pula dilakukan dengan cara mengqoshor (mengurangi) raka'at disebut Jama' Qoshor, seperti : Lohor = 2 raka'at, Ashar = 2 raka'at, Maghrib = 3 raka'at ( tetap ) dan Isya = 2 raka'at, kecuali sholat shubuh tidak boleh dijama' saja, ataupun dijama' qoshor.


B. Sholat Sunnah Rawatib

Shalat sunah rawatib adalah shalat yang mengiringi solat wajib lima waktu dalam sehari yang bisa dikerjakan pada saat sebelum sholat dan setelah solat. Fungsi salat sunat rawatib adalah menambah serta menyempurnakan kekurangan dari shalat wajib.

 Tata Cara dan Syarat Kondisi
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului azan dan qomat

Jenis Salat Sunat Rawatib
1. Salat sunat qabliyah / qobliyah adalah sholat sunah yang dilaksanakan sebelum mengerjakan solat wajib.
2. shalat sunah ba'diyah adalah sholat yang dikerjakan setelah melakukan shalat wajib.

 Macam-macam Sholat Sunah Rawatib
1. Salat sunat rawatib muakkad / penting
Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :
- Sebelum subuh dua rokaat
- Sebelum zuhur dua rokaat
- Sesudah dzuhur dua rokaat
- Sesudah maghrib dua rokaat
- Sesudah isya dua rokaat
2. Salat sunat rawatib ghoiru muakkad / tidak penting
Adalah sholat sunat rawatib yang dikerjakan pada :
- Sebelum zuhur dua rokaat
- Setelah zuhur dua rokaat
- Sebelum ashar empat rokaat
- Sebelum magrib dua rokaat
- Sebelum isya dua rokaat




Kamis, 04 Oktober 2012

Syahadat Rasul

Syahadat2.gif
Makna Syahadat Rasul
Kata "bersaksi" menunjukkan kemantapan dalam keyakinan. 
Sebagaimana dijelaskan dalam artikel tentang syahadat tauhid , tingkat keyakinan seseorang akan semakin kuat ketika dia telah menyaksikan sesuatu (aenul yaqin), ketimbang keyakinan yang ia dapatkan dari sebuah kabar (khabaru yaqin). 
Namun demikian, dalam kasus tertentu khabaru yaqin bisa sama kuatnya dengan ainul yaqin. Bila seorang kyai yang sangat jujur ​​mengatakan bahwa ia memiliki emas 24 karat seberat 727 gr, maka Anda akan sangat mempercayainya tanpa harus capek-capek melihat dan mengukurnya, bukan? Nah, bagaimana jika yang memberi informasi adalah Allah sang Maha Benar?
Karena itulah, untuk dapat bersaksi tentang keberadaan Nabi Muhammad (syahadat rasul) tidak harus melihatnya langsung. Bukankah Allah sang Maha Benar telah mengatakannya dalam QS Al Fath 29 :
48:29

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS . Al Fath 29 )

Maksud "aku bersaksi" dalam syahadat rasul pada, adalah sebuah pengakuan keyakinan berkualitas tinggi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. 


Jika makna syahadat tauhid adalah: 
- Tidak ada yang patut disembah selain Allah 
- Tidak ada yang patut ditakuti selain Allah 
- Tidak ada yang patut dipentingkan selain Allah 

Maka makna syahadat rasul adalah: 
- Tidak ada manusia yang patut dicontoh selain Nabi Muhammad 
- Tidak ada manusia yang patut dipercaya selain Nabi Muhammad 
- Tidak ada manusia yang patut ditakuti selain Nabi Muhammad

Tentu saja kita bisa mencontoh orang biasa, asal tidak bertentangan dengan petunjuk Nabi. Kita juga bisa percaya pada orang lain, tapi harus lebih percaya kepada Nabi Muhammad. Kita juga takut kepada atasan kita, tapi tidak bisa melebihi takutnya kepada Nabi.

Contoh Makna Syahadat Rasul


  • Banyak ditemukan orang yang lebih bangga memperpanjang kumisnya ketimbang memperpanjang jenggotnya. Ini berarti mereka lebih bangga mencontoh Hitler ketimbang mencontoh Nabi Muhammad SAW.Memanjangkan jenggot, dan pangkas kumis bukan sekedar mencontoh Nabi Muhammad tapi lebih dari itu ... mengapa? Karena beliau bersabda:

"Bedakanlah kalian dengan orang-orang musyrik, yaitu banyakkanlah jenggotmu dan pangkaslah kumismu." (Bukhari Muslim)
Ingat makna syahadat rasul, tidak manusia yang patut dicontoh kecuali Nabi Muhammad. Ayo perbaiki kualitas syahadat rasul kita, tebas kumis dan panjangkan jenggot!
  • Baru-baru ini seorang dokter mengungkapkan hasil risetnya bahwa makan buah sebelum makan nasi lebih baik ketimbang makan nasi dulu baru makan buah.Buah yang dimakan setelah nasi kurang memberikan manfaat bagi tubuh, sia-sia karena bisa membusuk sebelum dicerna oleh tubuh. Pencernaan karbohidrat dan protein (nasi + lauk) membutuhkan proses lama. Buah yang kita makan setelah nasi menunggu giliran (antri) berjam-jam untuk dapat diproses dalam tubuh.Ruginya, buah yang belum sempat dicerna dapat mengalami pembusukan dan bersifat toxic (racun). Coba Anda gigit apel dan letakkan di meja. Hanya dalam beberapa menit saja apel tersebut sudah mulai terjadi proses pembusukan! 
Dengan ditemukannya riset ini, maka jutaan manusia mengubah kebiasaan buruknya yang selama ini mereka lakukan. Sekarang mereka makan buah sebelum makan nasi ...
Pola makan sehat seperti ini semestinya sudah dicontohkan Rasul 1400-an tahun yang lalu.Saudara-saudara kita yang konsisten menjalankan sunnah rasul semacam itu adalah Jamaah Tabligh. Mereka makan buah sebelum makan nasi, dilakukan jauh sebelum ditemukannya fatwa dokter ahli kesehatan seperti saya uraikan di atas. Meskipun ketika itu kelihatannya aneh, tapi demi menegakkan syahadat rasul mereka melakukannya. Ini tentu karena mereka telah mengetahui makna syahadat rasul.
Nah, untuk kita yang makan buah sebelum makan nasi karena lebih percaya kepada seorang dokter, maka yang kita peroleh hanya faktor kesehatannya saja.Tidak mendapatkan barokah dan pahala mengikuti sunnah rasul. Nilai syahadat rasul kita diragukan karena kita lebih percaya kepada seorang dokter ketimbang percaya pada rasul. Bukankah makna syahadat rasul adalah tidak ada manusia yang patut dipercaya selain Rasul? Mengapa kita lebih percaya pada dokter ketimbang percaya pada nabi?
  • Anda seminggu tidak masuk kantor tanpa alasan, kemudian Anda diancam PHK ... Anda pasti takut, bukan? Pasti takut, dong! Buktinya Anda tidak pernah melakukannya. Demikian juga jika Anda seminggu tidak masuk masjid untuk shalat berjamaah , Anda juga diancam oleh Rasul sesuai hadits Bukhari-Muslim. Baca artikel: Tidak Shalat Berjamaah? Anda Bisa Dipecat! Apalagi Anda sudah bertahun-tahun tidak selalu masuk masjid untuk shalat berjamaah ... tidak takutkah Anda terhadap ancaman Rasulullah?

Jika Anda tidak berani 7 hari meninggalkan kantor, tapi Anda berani 7 hari (bahkan 7 tahun) meninggalkan masjid ... itu artinya Anda lebih takut pada manager ketimbang takut pada rasul. Lantas bagaimana nilai syahadat rasul Anda? Bukankah makna syahadat rasul adalah tidak manusia yang patut ditakuti kecuali Nabi Muhammad? 



Semoga Kita semua bisa melaksanakan nilai-nilai Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul dengan baik, dan semoga kita semua menjadi Ummat Muhammad dan menddapatkan Syafa'atnya kelat di Yaumul Mahsar. Amin Ya Rabbal 'Alamin


Salam  kenal "Cak Zein"



Syahadat Tauhid





Dua kalimat syahadat (syahadatain) adalah rukun Islam pertama. 
Syahadatainterdiri atas syahadat tauhid dan syahadat rasul
Rukun Islam pertama ini sangat mudah diucapkan, tapi paling berat dilaksanakan. Dua kalimat syahadat (syahadatain) ini menjadi fondasi bagi rukun-rukun Islam lainnya.
Sudahkah kita menjalankan makna 2 (dua) kalimat syahadat ini dengan benar?
Untuk dapat menjalankan makna dua kalimat syahadat, tentu kita harus terlebih dahulu memahami maknanya.
Syahadat1.gif
Arti syahadat tauhid : Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Makna Syahadat Tauhid

Ada dua terminologi penting dalam syahadat tauhid :
- Aku bersaksi
- Tiada Tuhan selain Allah
Mari kita lihat satu per satu kedua terminologi syahadat tauhid tersebut.
1. Makna Syahadat Tauhid “Aku Bersaksi”
Kata "bersaksi" menunjukkan kemantapan dalam keyakinan. Tingkat keyakinan seseorang akan semakin kuat ketika dia telah menyaksikan sesuatu. Jika ayah Anda mengabarkan bahwa beliau telah mendapatkan ikan yang besar, tentu Anda yakin dengan kabar itu bukan? Inilah yang disebut dengan khabaru yaqin , keyakinan yang timbul dari sebuah kabar. Mengapa Anda yakin dengan kabar tersebut? Karena sang pemberi kabar adalah ayah Anda sendiri, orang yang terpercaya.
Setelah ayah Anda pulang dari laut dengan membopong ikan yang besar itu, maka Anda pun melihat bahwa ayah benar-benar mendapatkan ikan yang besar.Dengan Anda menyaksikan ikan yang ayah bawa, maka Anda bertambah yakin.Inilah yang disebut dengan aeul yaqin , keyakinan yang timbul dengan menyaksikan. Kualitas keyakinan di level ini (dengan bersaksi) tentu jauh lebih tinggi dari keyakianan yang Anda peroleh ketika Anda hanya mendapatkan kabarnya saja.
Nah, maksud "aku bersaksi" dalam syahadat tauhid di atas, adalah sebuah pengakuan keyakinan berkualitas tinggi akan keesaan Allah. Lantas, bagaimana kita bisa bersaksi padahal kita tidak pernah melihat-Nya?
Untuk dapat bersaksi tidak harus melihatnya langsung. "Jika ada bekas tapak kaki manusia di jalan, itu artinya ada orang yang melewatinya biarpun aku tidak melihatnya. Jika ada kotoran unta, tentu keluar dari perut unta biarpun aku tidak melihatnya "demikian salah satu tamsil Badui yang dikutip oleh Buya Yahya, pengasuh pondok pesantren Al Bahjah Cirebon. Keberadaan Allah dapat kita saksikan melalui aneka rupa maha karya-Nya yang bertebaran di muka bumi ini.

3:190

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal" (QS Ali Imran 190).
Karena itu, mari tingkatkan keyakinan kita terhadap adanya Allah dan segala sifatnya ( asmaul husna ) dengan melihat (bersaksi) terhadap seluruh ciptaan-Nya. Inilah modal dasar untuk menegakkan kalimat "La ilaha illallah", tiada Tuhan selain Allah seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

2. Makna Syahadat Tauhid "Tiada Tuhan selain Allah"
Tuhan selain berarti sesembahan, juga berarti sesuatu yang ditakuti, yang diharapkan atau yang dipentingkan. Karena itu, Tuhan banyak sekali jumlahnya.Tuhan-tuhan selain Allah dapat berupa orang, harta, jabatan, bahkan hawa nafsunya sebagaimana firman Allah:

9:31

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.


25:43
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? "(QS Al Furqan: 43).

Dengan demikian, "Tiada Tuhan selain Allah" selain berarti "Tidak ada yang patut disembah selain Allah", juga dapat berarti:
- Tidak ada yang patut ditakuti selain Allah
- Tidak ada yang patut diharapkan selain Allah
- Tidak ada yang patut dipentingkan selain Allah
Lalu bagaimana jika kita takut kepada ular, bisakah? Tentu bisa, itu manusiawi.Adapun maksud tiada yang patut ditakuti selain Allah, ketakutan terhadap selain Allah tidak bisa melebihi takutnya kepada Allah. Kita juga bisa menganggap bahwa membaca koran itu penting, tapi harus disertai keyakinan bahwamembaca koran tidak lebih penting dari Allah SWT . Itulah makna syahadat tauhid, Laa ilaaha illallah.

Aplikasi Syahadat Tauhid
Maling yang tengok kanan-kiri memastikan tidak ada orang lain sebelum mencuri sesuatu, berarti dia lebih takut / malu kepada manusia ketimbang takut kepada Allah yang Maha Melihat. Dalam kasus ini, nilai syahadat sang maling tersebut adalah 0 (nol), karena seharusnya tidak yang lebih ditakuti selain Allah, tapi ternyata dia lebih takut kepada manusia.

Berapa Nilai Syahadat Tauhid Kita?
Ini adalah saatnya kita berbenah diri terhadap syahadat tauhid kita. Dalam muqadimah telah disebut bahwa kalimat syahadat mudah diucapkan, tapi sulit dilaksanakan. Sebagai contoh, apabila saat ini kita sedang membaca artikel ini, atau sedang main game, main bulu tangkis atau sedang membuat proposal, kemudian adzan berkumandang ....
  • Apakah kita tetap membaca artikel, ataukah segera shalat berjamaah di masjid?
  • Apakah kita terus bermain game, ataukah segera shalat berjamaah di masjid?
  • Apakah lanjut main bulu tangkis, atau segera shalat berjamaah di masjid?
  • Apakah selesaikan proposal, ataukah segera shalat berjamaah di masjid?
Adzan adalah merupakan panggilan Allah (HR Thabrani). Jika kita mendengar adzan tapi tidak mau menghadirinya, berarti kita lebih mementingkan yang lain ketimbang Allah. Dengan demikian kita telah menganggap bahwa:
  • Baca artikel, koran, berita, dll lebih penting ketimbang Allah
  • Game lebih penting ketimbang Allah
  • Bulu tangkis, sepak bola, dll lebih penting ketimbang Allah
  • Poposal, rapat, dll lebih penting ketimbang Allah
Lalu bagaimana dengan persaksian "Tiada Tuhan selain Allah?", Yang juga berarti tidak yang patut lebih dipentingkan selain Allah?
Jika perilaku kita demikian, berarti nilai syahadat tauhid kita tidak lebih baik dari syahadat seorang maling (maaf), naudzubillah . Ya Allah, ampunilah kami yang selama ini belum memahami dan menjalankan makna syahadat tauhid. Berilah kami kekuatan untuk menjalankannya.